TITIK TEMU KONFLIK SYIAH-SUNNI PENDEKATAN POLITIK

Authors

  • Tabhan Syamsu Rijal Fakultas Sastra Universitas Bosowa

Keywords:

Syiah, Sunni, Revolusi, Arab Spring, Pendekatan/Taqrib dan Politik Syiah., Syiah, Sunni, Revolusi, Arab Spring, Pendekatan Taqrib dan Politik Syiah

Abstract

Konflik bersenjata di sejumlah negara Arab dewasa ini tidak bisa dipisahkan dari konflik Syiah-Sunni yang sudah mengakar hingga ke periode awal sejarah Islam. Syiah dan Sunni saling bertikai tentang siapa yang berhak memegang estafet kepemimpinan sepeninggal Nabi. Konflik Syiah-Sunni beralih dari politik menjadi pertentangan aqidah, diawali dengan pengkultusan kepada keluarga Nabi hingga kepercayaan akan munculnya Imam Mahdi di akhir zaman dan wilayatul faqih (representasi dari Imam Mahdi). Konflik Syiah-Sunni semakin melebar dan membesar, ketika revolusi Iran tahun 1979 pimpinan Ayatullah Khomeini mulai mengekspor revolusinya ke negara-negara muslim sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan, dan pada waktu yang sama menyebarluaskan pengaruh politik dan idiologi Syiah di kawasan. Momentun politik Syiah kembali mendapatkan tempatnya di beberapa negara Arab pasca Arab Spring, sebuah gerakan people power yang berhasil menumbangkan beberapa rezim di negara-negara Arab. Iran sebagai representasi politik Syiah memainkan pengaruhnya di Irak, Lebanon, Suriah, Bahrain dan terakhir Yaman. Kehadiran pengaruh politik Syiah di negara tersebut, berimplikasi terhadap perpanjangan konflik Syiah-Sunni di kawasan. Sekalipun demikian, Arab Spring yang menjadi titik balik sejarah demokrasi Arab menuju keterbukaan dan kemandirian diharapkan dapat mendorong pendekatan Syiah-Sunni yang sudah dicetuskan sejak tahun 1948 melalui pendirian Forum Pendekatan Antar Mazhab (Dar al-Taqrib bain alMadzahib al-Islamiya). 

Downloads

Download data is not yet available.

Additional Files

Published

2018-09-06