Hubungan Regulasi Emosi Terhadap Self Compassion Pasca Putus Cinta Pada Mahasiswa
DOI:
https://doi.org/10.56326/jpk.v5i1.5824Keywords:
Regulasi Emosi, Self Compassion, Pasca Putus Cinta, MahasiswaAbstract
Pada fase remaja merupakan waktu bagi individu menjalin ketertarikan terhadap lawan jenis, minat karir dan eksplorasi identitas. Hal ini dapat menjadi pendorong bagi individu agar mempelajari, memahami, dan menerapkan sebagai langkah menghadapi fase perkembangan selanjutnya. Namun, tidak menutup kemungkinan keadaan ini juga dapat membuat ketegangan emosi pada remaja semakin bertambah karena perubahan emosional, minat, peran terhadap lingkungan yang menimbulkan tekanan sosial. Bahwa ketika seseorang mengalami putus cinta dan tidak mampu mengontrol emosinya sehingga dominan memunculkan emosi negatif seperti perasaan sedih, pesimis, sulit berkosentrasi, gangguan tidur, hingga hilangnya nafsu makan. Fenomena putus cinta pada seseorang seringkali terjadi dan merupakan keadaan dimana psikologis seseorang mengalami dampak diantaranya harga diri rendah, cemas, tertekan, stress, depresi, bahkan menyebabkan perilaku bunuh diri. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan regulasi emosi terhadap self compassion pasca putus cinta pada mahasiswa di Kota Makassar. Beberapa implikasi seperti perbedaan usia, jenis kelamin, peran orang tua dan lingkungan. Data dikumpulkan dengan skala self compassion scale (SCS) dan emotion regulation questionnaire (ERQ) kemudian dianalisis dengan menggunakan uji deskriptif dan uji statistik non parametrik Spearman’s Rho. Hasil penelitian ini diperoleh hasil koefisien korelasi r = 0,201, p < 0,05 bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara regulasi emosi terhadap self compassion pasca putus cinta.
References
Aldao, A. (2013). The Future of Emotion Regulation Research: Capturing Context. Perspectives on Psychological Science, 8(2), 155–172.
Aryansah, J. E., & Sari, S. P. (2021). Analisis Peran Regulasi Emosi Mahasiswa terhadap Kebijakan School From Home Di Masa Pandemi Covid 19. Jurnal Pemerintahan Dan Politik, 6(1), 8–14. Berk, L. E. (2012). Development Through The Lifespan: Dari Prenatal Sampai Remaja (Transisi Menjelang Dewasa). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gilbert, P., & Procter, S. (2006). Compassionate mind training for people with high shame and self-criticism: Overview and pilot study of a group therapy approach. Clinical Psychology & Psychotherapy, 13, 353–379.
Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Katana, M., Röcke, C., Spain, S. M. & Allemand, M. (2019).Emotion regulation, subjective well-being, and perceived stress in daily life of geriatric nurses.Jurnal Frontiers in Psychology, 10(1 ), 1-11. DOI: https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.01097
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup) (Benedictine Widyasinta, Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Siswoyo, D. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sloan, D.M., & Kring, A.M. (2010). Emotion regulation and psychopathology a transdiagnostic approach to etiology and treatment. New York: The Guildford Press.
Winarno, B. (2012). Kebijakan publik teori, proses dan studi kasis. Yogyakarta: CAPS
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Enjelia Lembang, Sitti Syawaliyah Gismin

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.








