Perbandingan Bubuk Daun Kelor Moringa oleifera Dengan Bubuk Madu Apis mellifera Linneus Terhadap Teh

Authors

  • Naziratun Mutmainah Pogram Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Bosowa
  • Abdul Halik Pogram Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Bosowa
  • Fatmawati Fatmawati Pogram Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Bosowa

DOI:

https://doi.org/10.56326/pallangga.v1i2.2885

Keywords:

Teh, Bubuk Madu, Daun Kelor

Abstract

 

Tea is a type of beverage that is favoured by people from all walks of life. So far, tea comes from the youngest tea leaves of the tea plant (Camelia sinensis L. Kuntz) which undergo a heating process to deactivate the enzymes contained in the tea leaves, then rolled and dried. Currently, not only tea leaves can be made into beverages in the form of brewing but tea innovations such as moringa tea are starting to develop. Moringa has a weakness, namely, it has a languorous taste. Therefore, there needs to be an alternative so that moringa tea can be accepted in the community and has more benefits. One of them is by adding honey powder as a sugar substitute. This study aims to determine the comparison between moringa leaves and honey powder affects the quality of moringa leaf tea and to find out is the best treatment for making moringa leaf tea with honey powder. The research treatments were moringa leaves with concentrations (100%, 75%, 70%, 65%) and honey powder with concentrations (0%, 25%, 30%, 35%). Data analysis used the Complete Randomized Design (CRD) method, with four levels of treatment and three replications. The best results of moringa leaf tea with the addition of honey powder are the treatment of moringa leaf ratio 65%: 35% honey powder in terms of moisture content 3.49%, ash content 6.43%, aroma 3.76% (like), colour 3.52% (like), and taste 3.68% (like). The moisture content and ash content of moringa tea in this study meet the Indonesian National Standard 01-3545-2013.

Teh merupakan jenis minuman yang digemari masyarakat disemua kalangan. Selama ini teh berasal dari pucuk daun teh termuda tanaman teh (Camelia sinensis L. Kuntz) yang mengalami proses pemanasan untuk menonaktifkan enzim-enzim yang terdapat dalam daun teh, kemudian digulung dan dikeringkan. Saat ini, tidak hanya daun teh yang dapat dibuat minuman dalam bentuk seduhan namun mulai berkembang inovasi teh seperti teh daun kelor. Kelor mempunyai kelemahan yaitu, memiliki rasa langu. Olehnya itu, perlu adanya alternatif agar teh daun kelor bisa diterima di masyarakat dan mempunyai manfaat yang lebih. Salah satunya yaitu, dengan menambahkan bubuk madu sebagai salah satu pengganti gula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan antara daun kelor dengan bubuk madu terhadap mutu teh daun kelor dan mengetahui  perlakuan yang terbaik pada pembuatan teh daun kelor dengan perbandingan bubuk madu. Perlakuan penelitian yaitu daun kelor dengan konsentrasi (100%, 75%, 70%, 65%) dan bubuk madu dengan konsentrasi (0%, 25%, 30%, 35%). Analisis data menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat taraf perlakuan dan tiga kali ulangan. Hasil terbaik dari teh daun kelor dengan penambahan bubuk madu yaitu perlakuan perbandingan daun kelor 65%: bubuk madu 35% ditinjau dari kadar air 3.49%, kadar abu 6.43%, aroma 3.76% (suka), warna 3.52% (suka), dan citarasa 3.68% (suka). Kandungan kadar air dan kadar abu teh daun kelor dalam penelitian ini memenuhi Standar Nasional Indonesia 01-3545-2013.

 

References

Abriana, A. (2018). Analisis Pangan Teori Dan Metode. CV Sah Media. Makassar.

Adji, S. (2004). Khasiat dan Manfaat madu Herbal. Agromedia Pustaka Jakarta.

Adji, S. (2007). Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal 26-40.

Anjarsari. (2016). Katekin Teh Indonesia: Prospek dan Manfaatnya. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung. Jurnal Kultivasi,15(2): 99-106.

Berawi, K. N., Wahyudo, R., & Pratama, A. P. (2019). Potensi Terapi Moringa olifiera (Kelor) pada Penyakit Degeneratif. Jurnal Kedokteran Unila. 3(1). ISSN: 2527-3612. E-ISSN: 2614-6991

Kholis, N., & Hadi, F. (2010). Pengujian Bioassay Biskuit Balita yang Disuplementasi Konsentrat Protein Daun Kelor pada Model Tikus Malnutrisi. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11:3. Universitas Malang.

Krisnadi, A. D. (2013). Kelor Suner Nutrisi. Blora: Kelorina.

Offor, I.F., Ehiri, R.C., Njoku, C.N. (2014). Proximate Analysis and Heavy Metal Composition of Dried Moringa oleifera leaves from Oshiri Onicha L.G.A. Ebonyi State, Nigeria. IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology. 8:57-62.

Primadiati R. (2002). Aromaterapi Perawatan Alami untuk Sehat dan Cantik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Putri N. (2014). Pengaruh Pemberian Teh Daun Kelor (Moringa oleifera) Setelah Dan Sebelum Terhadap Glukosa Darah Post-Pandrial Dewasa Sehat. IPB. Bogor.

Schwartz, S. J., Cooperstone, J. L., Cichon, M. J., Joachim, H. V., & Monica, G. (2017). Colorants Fennema's Food Chemistry ed Damodaran S, Parkin L K. Boca Raton: CRC Press, 10.

Small, E. (2012). Top 100 Exotic Food Plants. CRC Press. New York.

Setyaningsih, D., A. Apriyantono., & Sari, M.P. (2010). Uji Organoleptik. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Sudarmadji, S., Bambang, H., & Suhardi. (2007). Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberti: Yogyakarta.

Sudarmadji, S., Bambang., & Suhardi. (2010). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Verawati, B. (2022). Pembuatan Teh Celup Herbal Daun Kelor (Moringa Oleifera) dengan Daun Stevia (Stevia Rebahdiana). Ilmu Gizi. Riau.

Downloads

Published

2023-07-30