@article{Rustan_Surya_Nasution_2019, title={Adaptasi dan Perubahan Sosial Kehidupan Suku Bajo (Studi Kasus Suku Bajo Kelurahan Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone)}, volume={1}, url={https://journal.unibos.ac.id/ursj/article/view/60}, abstractNote={<p>Orang Bajo terutama di Sulawesi Selatan banyak mengadaptasi adat istiadat orang Bugis atau Makassar. Atau juga adat istiadat Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan orang Bajo di Sumbawa cenderung mengambil adat Bugis, bahkan seringkali mengidentifikasi dirinya sebagai orang Bugis/Buton di beberapa daerah. Meskipun telah ratusan tahun tinggal bersama penduduk lokal di Bone, orang Bajo tetap sampai sekarang taat menganut agama Islam, dan bagi mereka Islam adalah satu-satunya agama yang menjadi ciri khas suku ini. Menjaga kekayaan laut adalah salah sifat yang diemban oleh suku Bajo. Dengan kearifannya mereka mampu menyesuaikan diri dengan ganasnya lautan. Sebelum menetap, suku Bajo seperti sebutannya ‘manusia perahu’ merupakan komunitas yang hidup diatas perahu. Kebudayaan seperti ini dialirkan oleh leluhur suku Bajo. Bertahan hidup dan menyambung hidup diatas laut. Oleh karena itu suku Bajo selalu berpindah-pindah dalam hidupnya. Setelah memanfaatkan suatu daerah, maka mereka akan berpindah ke tempat baru.Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif .  Hasil penelitian menunjukan Secara keseluruhan perilaku komunikasi suku Bajo didasarkan atas kuat lemahnya interaksi sosial dengan komunitas daratan. Semakin kuat suku Bajo interaksi dengan komunitas daratan maka semakin besar juga munculnya perilaku komunikasi baru yang identik dengan komunitas daratan. Faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi suku Bajo dalam berinteraksi dengan komunitas daratan yaitu: tingkat pendidikan, pola-pola kehidupan (sistem kekerabatan, pola tempat tinggal, bahasa, kesamaan agama, adanya kebutuhan, dan adanya bentuk-bentuk interaksi sosial (kerjasama, akomodasi, asimilasi).  Pernyataan ini relevan dengan pendapat Menurut geerts wilder perubahan sosial budaya dapat terjadi karena adanya faktor dari dalam kebudayaan itu sendiri, dalam artian para pendukungnya merasa bahwa beberapa pranata kebudayaannya harus dirubah dan disesuaikan dengan perkembangan objek di dalam kehidupan sosialnya. Perubahan sosial budaya dapat pula terjadi dari luar kebudayaan itu yaitu karena adanya pengaruh kebudayaan lain yang secara lambat mempengaruhi kebudayaan tersebut, terutama dapat terjadi karena adanya kontak-kontak kebudayaan dengan pendukung kebudayaan lain (akulturasi).</p>}, number={1}, journal={Urban and Regional Studies Journal}, author={Rustan, Rustan and Surya, Batara and Nasution, Muhamad Arif}, year={2019}, month={Apr.}, pages={31–37} }