Perubahan Iklim dan Resiko Bencana Banjir dalam Kondisi Eksisting Drainase Kota yang Tidak Berkelanjutan
Studi Kasus: Pada Kanal Jongaya, Kota Makassar
DOI:
https://doi.org/10.35965/eco.v24i3.5400Keywords:
Perubahan Iklim, Pemanasan Global, Emisi Gas, Siklus Hidrologi, BanjirAbstract
Siklus air adalah mekanisme keseimbangan bumi yang paling nyata terpengaruh oleh pemanasan global. Hal ini menciptakan efek domino pada elemen cuaca, seperti intensitas dan frekuensi curah hujan serta perubahan distribusi air dalam sistem hidrologi yang memicu perubahan iklim. Perubahan iklim meningkatkan curah hujan dan frekuensi hujan, yang berdampak pada efektivitas fungsi saluran dan drainase. Salah satu kasus yang dianalisis adalah keberlanjutan Kanal Jongaya di Makassar, yang hampir setiap tahun mengalami kelebihan kapasitas hingga menyebabkan banjir. Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas Kanal Jongaya tidak lagi mampu menampung debit banjir tahunan akibat peningkatan curah hujan selama dua dekade terakhir. Tidak ada alternatif mitigasi atau adaptasi yang dapat diterapkan pada prasarana kanal tersebut selain pembangunan kanal baru dengan perencanaan yang komprehensif. Selain itu, penulis menyarankan beberapa langkah, seperti melakukan penelitian untuk menganalisis dampak reklamasi pantai terhadap fungsi Kanal Jongaya, meninjau kebijakan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang memengaruhi penurunan ruang terbuka hijau di sekitar kanal, serta melakukan studi kelayakan untuk membangun kolam retensi atau kolam regulasi sebagai solusi untuk mengurangi beban volume banjir di kawasan tersebut.
The water cycle is a key mechanism for Earth's balance that is significantly affected by global warming. This creates a domino effect on weather elements, such as the intensity and frequency of rainfall, as well as the redistribution of water within the hydrological system, ultimately triggering climate change. Climate change increases rainfall intensity and frequency, impacting the effectiveness of drainage and channel systems on the Earth's surface. One analyzed case is the sustainability of the Jongaya Canal in Makassar, which nearly every year experiences overcapacity, leading to floods. The analysis revealed that the Jongaya Canal’s capacity can no longer accommodate the annual flood discharge due to increased rainfall intensity over the past two decades. There are no viable mitigation or adaptation measures for the existing canal infrastructure other than building a new canal with comprehensive planning. Additionally, the authors suggest several steps, including conducting research to analyze the impact of coastal reclamation on the functionality of the Jongaya Canal, reviewing building permit (IMB) policies that influence the reduction of green open spaces around the canal, and conducting feasibility studies to construct retention ponds or regulation ponds as solutions to reduce the flood volume burden in the area.
Downloads
References
Anggraini, D. I., & Kusuma, P. F. (2024). The Role of Carbon Emission Disclosure, Environmental Performance, Environmental Cost, and Sustainability Reporting on Company Value. Jurnal Ilmiah Raflesia Akuntansi, 10(2), 779-792.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). (2023). Analisis Laju Perubahan Curah Hujan
Balya. (2024). Pengadaan ruang terbuka hijau (analisis terhadap peraturan daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 Tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Lombok Tengah 2011-2031). Armada Jurnal Penelitian Multidisiplin, 2(4), 1295.
Cahyono, M. S. D., Wibowo, L. S. B., & Utama, Y. A. K. (2022). Mitigasi Bencana Banjir sebagai Upaya Mengatasi Masalah Lalu Lintas. Penerbit NEM.
Fharaby, R., & lainnya. (2022). Pemetaan rencana pola ruang terbuka hijau menggunakan AHP dan GIS untuk Kota Subulusalam. Jurnal Health Sains, 3(1), 374
Filifin, A., & lainnya. (2023). Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau di Jakarta. Al Qalam Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 17(2), 1966.
Fitriandhini, D., & Putra, A. (2022). Dampak Kerusakan Ekosistem Hutan oleh Aktivitas Manusia: Tinjauan terhadap Keseimbangan Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati. Jurnal Kependudukan dan Pembangunan Lingkungan, 3(3), 217-226.
IPCC. (2023). AR6 Synthesis Report: Climate Change 2023.
Kusumo, P., & Nursari, E. (2016). Zonasi tingkat kerawanan banjir dengan sistem informasi geografis pada DAS Cidurian Kab. Serang, Banten. STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi), 1(1).
NASA's Goddard Institute for Space Studies. (2014). A Guide to NASA’s Global Climate Change.
Perdinan, A., & lainnya. (2019). Adaptasi perubahan iklim dan ketahanan pangan: Telaah inisiatif dan kebijakan. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 5(1), 75.
Salampessy, A., & lainnya. (2018). Menakar kapasitas adaptasi perubahan iklim petani padi sawah (kasus Kabupaten Pasuruan Jawa Timur). Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 25-34.
Sunarmi, N., Kumailia, E. N., Nurfaiza, N., Nikmah, A. K., Aisyah, H. N., Sriwahyuni, I., & Lailly, S. N. (2022). Analisis faktor unsur cuaca terhadap perubahan iklim di Kabupaten Pasuruan pada tahun 2021 dengan metode Principal Component Analysis. Newton-Maxwell Journal of Physics, 3(2), 56-64.
Supratiwi, R. (2019). Studi ruang terbuka hijau dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah Kota Semarang. Jiip Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 3(2), 3878.
Suripin, S., & Kurniani, D. (2016). Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Hidrograf Banjir di Kanal Banjir Timur Kota Semarang. Media Komunikasi Teknik Sipil, 22(2), 119-128.
UN Water. (2024). Water and Climate Change.
UNICEF. (2024). Water and the Global Climate Crisis: 10 Things You Should Know.
University of Hawaii Sea Level Center. (2015). Kenaikan permukaan air laut, 1970-2018.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Darwis Panguriseng, Mahmuddin Mahmuddin, Muh. Syafaat S. Kuba
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.