PERBEDAAN BOBOT AWAL TERHADAP KECEPATAN MOLTING KEPITING BAKAU JANTAN SCILLA SERRATA DENGAN METODE PEMOTONGAN CAPIT DAN KAKI JALAN

Authors

  • Muhammad Sofyan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bone

DOI:

https://doi.org/10.35965/jae.v4i1.1330

Keywords:

Kepiting Bakau, Moulting, Pertumbuhan, Metode Pemotongan

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan ganti kulit kepiting bakau (Scilla Serrat) soka pada kepiting jantan dengan metode pemotongan capit dan kaki jalan. Kegiatan penelitian dilaksanakan di PT. Pusdikari Desa Bulu – Bulu, Kecamatan Tonra, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Metode Penelitian ini menggunakan dua faktor yaitu faktor pertama berat kepiting dan faktor kedua dengan metode pemotongan. Faktor pertama terdiri dari A : Kepiting dengan berat 50 gram, B : Kepiting dengan Berat 100 gram dan C : Kepiting dengan Berat 150 gram. Faktor kedua terdiri (T) : Tanpa pemotong Capit dan kaki jalan (P) : Pemotongan capit dan kaki jalan yang mana didapatkan 6 perlakuan kombinasi antara faktor Pertama dan Faktor Kedua dan setiap perlakuan kombinasi diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lama waktu molting, pertumbuhan mutla serta kelulus hidupan kepiting bakau. Hasil kecepatan ganti kulit untuk jantan dengan metode pemotongan capit dan kaki jalan yaitu tercepat dengan berat 50 gram yaitu : 21 hari, sedang tanpa pemotongan capit dan kaki jalan yaitu tercepat dengan berat 100 gram yaitu : 39 hari. Berdasarkan penelitian ini maka disarankan dalam proses budidaya menggunakan kepiting bakau jantan dengan metode pemotongan capit dan kaki jalan, sehinnga dapat meminimalisir waktu dan biaya produksi.

This study aims to determine the molting speed of soka mangrove crabs (Scilla Serrat) on male crabs by using claw cutting and walking methods. Research activities carried out at PT. Pusdikari Bulu – Bulu Village, Tonra District, Bone Regency, South Sulawesi. This research method uses two factors, the first factor is the weight of the crab and the second factor is the cutting method. The first factor consists of A: Crab weighing 50 grams, B: Crab weighing 100 grams and C: Crab weighing 150 grams. The second factor consists of (T): Without claw cutters and walking legs (P): Cutting claws and walking legs which obtained 6 combination treatments between the First factor and Second Factor and each combination treatment was repeated three times. The results showed that there were differences in the length of molting time, absolute growth and survival of mud crabs. The results of molting speed for males with claw cutting and walking legs are the fastest with a weight of 50 grams, namely: 21 days, while without cutting claws and walking legs are the fastest with a weight of 100 grams, namely: 39 days. Based on this research, it is recommended that in the cultivation process using male mangrove crabs with claw and foot cutting methods, so as to minimize production time and costs.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Admin. (2009). Kepiting Lunak Berkat Bayam. http://www.aspekrindo.blogspot.com. Diakses tanggal 13 Novemberl 2013.

Afrianto, E dan Evi Liviawaty. (1992). Pemeliharaan Kepiting. Kanisius. Yogyakarta. 74 hal.

Afrizal, H. (2009). Teknik Pemoultingan kepiting (Scylla sp) cangkang lunak dan penanganan hasil panen. http;llwww. thunnus918's blog.com. Diakses tanggal 13November 2013

Afrizal, H.. (2006). Penelitian Pembesaran Kepiting Bakau (Scylla serrafa) Di Desa Munawar, Distrik Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor, Propinsi Papua. http://regional.coremap.or.id. Diakses tanggal 26 Oktober 2013.

Budi, S., & Aslamsyah, S. (2011). Improvement of the Nutritional Value and Growth of Rotifer (Brachionus plicatilis) by Different Enrichment Period with Bacillus sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 10(1), 67-73.

Budi, S., dan Jompa, H. (2012, December). Pengaruh Periode Pengkayaan Rotifer Brachionus Plicatilis oleh Bacillus sp. Terhadap kualitas asam amino esensial. In prosiding forum inovasi teknologi akuakultur (pp. 599-603).

Budi, S., & Zainuddin, Z. (2012). Peningkatan Asam Lemakrotifer Brachionus Plicatilis Dengan Periode Pengkayaan Bakteri Bacillus Sp. Berbeda. Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan, 1(1), 1-5.

Budi, S., Karim, M. Y., Trijuno, D. D., Nessa, M. N., Gunarto, G., & Herlinah, H. (2016). The use of fatty acid omega-3 HUFA and Ecdyson Hormone To Improve Of Larval Stage Indeks and Survival Rate Of Mud Crab Scylla olivacea. Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan, 3, 487-498.

Budi, S., Karim, M. Y., Trijuno, D. D., Nessa, M. N., Gunarto, G., & Herlinah, H. (2016, August). Tingkat Dan Penyebab Mortalitas Larva Kepiting Bakau, Scylla spp. Di unit Pembenihan Kepiting Marana Kabupaten Maros. In Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (Vol. 1, No. 1, pp. 465-471).

Budi, S., Djoso, P. L., & Rantetondok, A. (2017, March). Tingkat dan Organ Target Serangan Ektoparasit Argulus sp. Pada ikan Mas Cyprinus carpio di Dua Lokasi Budidaya Di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. In Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (Vol. 1, No. 1, pp. 939-944).

Budi, S., Karim, M. Y., Trijuno, D. D., Nessa, M. N., & Herlinah, H. (2018). Pengaruh Hormon Ecdyson Terhadap Sintasan Dan Periode Moulting Pada Larva Kepiting Bakau Scylla olivacea. Jurnal Riset Akuakultur, 12(4), 335-339.

Budi, S., Mardiana, M., Geris, G., & Tantu, A. G. (2021). Perubahan Warna Ikan Mas Cyprinus carpio Dengan Penambahan Ekstra Buah Pala Myristica Argentha Pada Dosis Berbeda. Jurnal Ilmiah Ecosystem, 21(1), 202-207.

Faidar, Faidar, Sutia Budi, and Erni Indrawati. "Analisis Pemberian Vitamin C Pada Rotifer dan Artemia Terhadap Sintasan, Rasio Rna/Dna, Kecepatan Metamorfosis Dan Ketahanan Stres Larva Rajungan (Portunus Pelagicus) Stadia Zoea." Journal of Aquaculture and Environment 2.2 (2020): 30-34.

Fujaya, Yushinta. (2009). Bayam Melunakkan Cangkang kepiting. Akademika Fajar. Universitas Hasanudin. Makassar.

Grubert and Phelan. (2007). The Life Cycle of The Mud Crab. http://www.nt.gov.au/dpifm- Diakses tanggal 25 Oktober 2013.

lbnu, R. dan Karim. (2006). salinitas optimum bagi sintasan dan pertumbuhan crablet kepiting bakau (Scylla paramamosain). J.Sains dan Teknologi, vol.6 No.3:149-157

Jamison, J. (2002). Marine Bioinvasives. http://www.earlham.edu.htm. Diakses tanggal 18 Oktober 2013.

Kanna, A. (2002). Budidaya Kepiting Bakau : Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius. Jakarta. 80 hal.

Karim, M. yusri. (2007). Pengaruh salinitas dan bobot terhadap konsumsi kepiting bakau (Scylla serrata Forskall). J.Sains dan Teknologi, vol.7 No.2: 85-92

Moosa, M. Kasim, Kasry, A. dan Indra Aswandy. (1985). Kepiting Bakau Scylla serrata (Forskal, 1775) Dari Perairan Indonesia. Lembaga Oseanologi Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Kasry, Adnan. (1996). Budidaya Kepiting Bakau Dan Biologi Ringkas. Bhratara. Jakarta. 93 hal.

King, M. (1998). Fisheries Biology, Assessment And Management. Fishing News Books. Australia.

Kordi dan Tancung. (2005). pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.

Mattjik dan Made. (2000). Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. IPB Press. Bogor. 326 hal.

Mykles, D.L. (2001). Interactions Between Limb Regeneration and Molting in Decapod Crustacean. Department of Biology, Cell and Molecular Biology Program, and Program in Molecular, Cellular and Integrative Neurosciences, Colorado State University, Fort Collins. Colorado. 8 hal.

Nazir. (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Timur. 543 hal.

Poupin, J. (2002). Marine Bioinvasives Scylla serrata. http://www.earlham.edu.htm. Diakses pada tanggal 18 Oktoberl 2013.

Putra, Udi. (2008). Manajemen Kualitas air dan Tanah Dalam Kegiatan Perikanan Budidaya. Dinas Kelautan dan Perikanan Budidaya Direktorat jenderal perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Takalar. http:/Iwww.slideshare.com. Diakses tanggal 16 november 2013.

Rangka, Nur Ansari. (2007). Status Usaha Kepiting Bakau Ditinjau dari Aspek Peluang dan Prospeknya. http://puslit2.petra.ac.id. Diakses tanggal 26 Oktober 2013.

Skinner, D.M. dan D. H. Graham. (1970). Molting in Land Crabs : Stimulating by Leg Removal. Biology Division, Oak Ridge National Laboratory. Tennessee. Hal 383-384

Subagio. (2004). Fisiologi Krustasea. Fakultas Teknologi Kelautan dan Perikanan. Universitas Hang Tuah. Surabaya.

Sucipto, Adi. (2008). Tentang Udang. http:/Iwww.naksara.net. Diakses tanggal 6 November 2013.

Sumartin. (2009). Analisis Hormon Ecdyson pada Kepiting Bakau Scylla serrata Hubungannya dengan Moulting dengan metode Elisa. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelutan Universitas Brawijaya. Malang

Susanto. (2007). Rehabilitasi Secara Ekologis Tambak Alih Lahan Untuk Habitat Pembesaran Dan Peneluran Kepiting Bakau (Scylla sp). http:/lwww.digilib.ac.id.

Susanto, G. Nugroho. (2008). Peneluran Kepiting Bakau (Scylla sp.) dalam Kurungan Bambu Di Tambak Berdasarkan Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad. httpa/lemlit.unila.ac.id. Diakses tanggal 3 Oktoberl 2013.

Sylar. (2009). Pengenalan hewan Avertebrata yang Hidup di Darat. httpa/www.sylar blogspot.com. Diakses tanggal 3 Oktober 2013.

Yunus, A. R., Budi, S., & Salam, S. (2019). Analisis Kelayakan Lokasi Budidaya Metode Karamba Jaring Apung Di Perairan Desa Pulau Harapan Sinjai. Journal of Aquaculture and Environment, 2(1), 1–5.

Yusneri, A., Budi, S., & Hadijah, H. (2020). Pengayaan Pakan Benih Rajungan (Portunus Pelagicus) Stadia Megalopa Melalui Pemberian Beta Karoten. Journal of Aquaculture and Environment, 2(2), 39–42.

Yusneri, A., & Budi, S. (2021, May). Blue swimming crab (Portunus pelagicus) megalopa stage seed feed enrichment with beta carotene. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 763, No. 1, p. 012026). IOP Publishing.

Wahyuni, S., Budi, S., & Mardiana, M. (2020). Pengaruh Shelter Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan Crablet Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus). Journal of Aquaculture and Environment, 3(1), 06-10.

Warseno. y, 2004. optimalisasi pemanfaatan lahan untuk pengembangan budidaya air tawar khususnya pembenihan dan budidaya udang galah skala rumah tangga. warsitek bantul: yogyakarta

Downloads

Published

2021-12-30

How to Cite

Sofyan, M. (2021). PERBEDAAN BOBOT AWAL TERHADAP KECEPATAN MOLTING KEPITING BAKAU JANTAN SCILLA SERRATA DENGAN METODE PEMOTONGAN CAPIT DAN KAKI JALAN. Journal of Aquaculture and Environment, 4(1), 13–22. https://doi.org/10.35965/jae.v4i1.1330