Analisis Oseanografi Dalam Mendukung Budidaya Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Di Teluk Sarawandori Distrik Kosiwo Yapen-Papua
DOI:
https://doi.org/10.35965/ursj.v2i2.569Keywords:
Oseanografi, Euchema cottonii, Budidaya Perairan, YapenAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik parameter fisika, kimia dan biologi perairan di teluk Sarawandori Distrik Kosiwo, Yapen Papua; dan mengetahui tingkat kesesuaian lokasi perairan teluk Sarawandori Distrik Kosiwo, Yapen Papua dalam mendukung pengelolaan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii. Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Penentuan stasiun dilakukan secara acak yang dianggap mewakili lokasi, baik pada lokasi yang ditemukan aktifitas budidaya rumput laut maupun pada daerah yang belum dilakukan aktifitas budidaya. Setiap titik rencana pengambilan sampel dicatat posisi geografisnya atau titik koordinatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Teluk Sarawandori Distrik Kosiwo Yapen Papua memiliki nilai parameter fisika-kimia yang cukup layak sebagai kawasan pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma Cottonii. Dari tiga kategori kesesuaian lokasi yang dinilai Stasiun 2 dan 3 merupakan stasiun dengan kategori sesuai yang masing-masing bernilai 201 dan 205, sedangkan Stasiun 1 merupakan lokasi dengan kategori tidak sesuai. Dengan demikian, hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi sebagian besar perairan Teluk Sarawandori Distrik Kosiwo Kabupaten Yapen-Papua memenuhi persyaratan untuk dilakukan pembudidayaan rumput laut jenis Eucheuma Cottonii.. Untuk mengetahui lebih jauh maka disarankan melakukan penelitian pada musim hujan dan kemarau untuk melengkapi informasi kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya rumput laut Eucheuma cottonii.
The research aims to find out the characteristics of the physics, chemistry and biology parameters of the waters in Sarawandori bay, Kosiwo district, Yapen-Papua; and to find out the level of location suitability of Sarawandori bay, Kosiwo district, Yapen-Papua in supporting the management of Eucheuma cottonii seaweed cultivation. It is experimental research using quantitative and qualitative approaches. The determination of stations is done randomly which is considered to represent the location, both at locations where seaweed cultivation activities are found and those where there have not been cultivation activities conducted. Each sampling point is recorded in its geographical position or its coordinates. The results of research indicated that the waters of Sarawandori Bay, Kosiwo district of Yapen Papua had a physico-chemical parameter that was quite feasible as a development area for Eucheuma cottonii seaweed cultivation. Of three categories of location suitability examined, Station 2 and 3 are stations with suitable categories counting for 201 and 205 respectively, while Station 1 is a location with an inappropriate category. Thus, the results of this study state that the condition of Sarawandori bay in Kosiwo District of Yapen-Papua meets the requirements for Eucheuma cottonii seaweed cultivation. It is recommended to conduct further research in the rainy and dry season to complete the information on the suitability of the waters for the location of Eucheuma cottonii seaweed cultivation.
Downloads
References
Aslan, L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian Budidaya Rumput Laut. Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut Bakosurtanal Cibinong Bogor: 1 – 36 hal.
Budi, S., Karim, M. Y., Trijuno, D. D., Nessa, M. N., & Herlinah, H. (2018). Pengaruh Hormon Ecdyson Terhadap Sintasan Dan Periode Moulting Pada Larva Kepiting Bakau Scylla olivacea. Jurnal Riset Akuakultur, 12(4), 335-339.
Bolqiah, S. (2019). Hubungan Faktor Oseanografi Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Dengan Metode Rakit Jaring Apung Di Perairan Lakorua Kecamatan Mawasangka Tengah Kabupaten Buton Tengah. Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan), 3(1).
Budi, S., Karim, M. Y., Trijuno, D. D., Nessa, M. N., Gunarto, G., & Herlinah, H. (2016). The use of fatty acid omega-3 HUFA and ecdyson hormone to improve of larval stage indeks and survival rate of mud crab Scylla olivacea. Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan, 3, 487-498.
Damelia, D., & Soesilowati, E. (2016). The Strategy to Improvethe Competitiveness of Indonesian Seaweeds in Global Market. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 17(2), 69–80.
Da Silva, C. (2002). Beach carrying capacity assessment: how important is it? Journal of Coastal Research, 197(SI 36), 190–197.
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2005. Profil rumput laut di Indonesia. Direktorat Pembudidayaan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Indriyani, S., Mahyuddin, H., & Indrawati, E. (2019). Analisa Faktor Oseanografi Dalam Mendukung Budidaya Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii Di Perairan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Journal of Aquaculture and Environment, 2(1), 6–11.
Kadi, A. Dan Wanda, S.A. 1988. Rumput Laut (Algae); Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pascapanen. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI Nomor KEP-02/MENKLH/1/1988. tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia(KLH). 2004. Baku mutu air laut untuk biota laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupNo.51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.KLH. Jakarta.
Loureiro, R., Gachon, C. M. M., & Rebours, C. (2015). Seaweed cultivation: Potential and challenges of crop domestication at an unprecedented pace. New Phytologist, 206(2), 489–492.
Luning K. 1990. Seaweed. The Enviromental Biogeografy and Ecophysiology. Charles Yarish and Hugh Kirkman (Editor). John Wiley & Son, Inc. Canada 527 p.
Neish, I.C. 2003. The ABC of Eucheuma Seaplant Production “Agronomy, Biology and Crop-handling of Betaphycus, Eucheuma and Kappaphycus the Gelatinae, Spinosum and Cottonii of Commerce”. Monograph # 1-0703. SuriaLink.
Rohyani, I. S., & Ahyadi, H. (2014). Growth of seaweed Eucheuma cottonii in multi tropic sea farming systems at Gerupuk Bay, Central Lombok, Indonesia. Nusantara Bioscience, 6(1), 82–85.
Radiarta, N. Adang Saputra, dan Ofri Johan, 2005. Penentuan Kelayakan Lahan untuk Mengembangkan Usaha Budidaya Laut dengan Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis di Perairan Lemito Propinsi Gorontalo. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. 11 No.1: 1 – 14.
Salmin, 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara. Karang dan Teluk Banten. Dalam: Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran. Oseana. 3, 2005: 21 -26.
Sulistijo. (2002). Penelitian Budidaya Rumput Laut (Algae Makro/Seaweed) di Indonesia. Pidato Pengukuhan Ahli Penelitian Utama Bidang Akuakultur, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Utojo, U., Mansyur, A., Pirzan, A. M., Tarunamulia, T., & Pantjara, B. (2017). Identifikasi Kelayakan Lokasi Lahan Budi Daya Laut Di Perairan Teluk Saleh, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5), 1-18.
Yunus, A. R., Budi, S., & Salam, S. (2019). Analisis Kelayakan Lokasi Budidaya Metode Karamba Jaring Apung Di Perairan Desa Pulau Harapan Sinjai. Journal of Aquaculture and Environment, 2(1)